BOM J.W MARRIOT DAN RILTZ CARLTON

Dengan terjadinya peledakan di Hotel JW Marriot dan Riltz Carlton hari jum'at pagi Pukul 07.45 WIB indonesia kembali tercoreng untuk yang kesekian kali, hal ini dapat mempengaruhi citra indonesia dimata internasional yang sudah di anggap positif. Banyak orang yang tidak menyangka di Jakarta akan kembali terjadinya aksi pengeboman oleh sejumlah orang yang diyakini adalah teroris. Peledakan dilakukan oleh dua orang pelaku namun kali ini kedua pelaku melakukan aksi nya dengan bunuh diri. Banyak orang yang menduga-duga bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh Teroris yang digawangi Noordin M. Top atau oleh sekelompok orang yang tidak terima oleh kekalahan salah satu Capresnya karena pada saat itu juga bertepatan dengan pasca pemilu. Kenapa tidak ada seorangpun yang membuat dugaan bahwa pengeboman tersebut dilakukan oleh pihak ke empat (diluar jalur politik) yang ingin memanfaatkan moment tersebut sebagai aksi balas dendam atau lain-lain ? bisa dikatakan semua itu adalah kebetulan dan situasi yang mendukung untuk menciptakan suatu kekacauan oleh pihak ke empat dengan harapan para capres akan saling tuding, atau menciptakan kesan bahwa kejadian tersebut seolah-olah dilakukan oleh Noordin M. Top yang telah gagal di tangkap di daerah Cilangkap. Sehingga yang diubek-ubek oleh pihak kepolisian adalah orang-orang tersebut, sedangkan otak dibalik peledakan yang sesungguhnya bisa santai tidak terendus karena memang keberadaannya sedang tidak menjadi sorotan banyak pihak. Hal tersebut bisa saja terjadi mengingat ada tersiar kabar bahwa pelaku sesungguhnya adalah loyalis mantan penguasa Orde baru (orba) yang tidak terima akan kejatuhan rezimnya dimasa kedudukan Almarhum Soeharto. Karena pada saat runtuhnya rezim tersebut banyak sekali pihak-pihak yang mencaci bahkan terang-terangan menghina orang-orang yang berada dibawah bendera orde baru baik melalui media massa maupun elektronik. Hal tersebut otomatis menimbulkan perasaan jengkel dan dendam yang teramat menyakitkan bagi mereka, yang pernah hidup dibawah orde baru sehingga kemungkinan untuk balas dendam bagi mereka besar dan disimpan rapat-rapat sambil menunggu saat yang pas untuk melampiaskannya. Pilpres 2009 bisa dikatakan moment yang tepat untuk melancarkan aksi mereka dengan cara meciptakan kambing hitam yang akan menjadi tertuduh pasca peledakan J.W Marriot dan Riltz Calton. Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah salah satu peserta capres dan cawapres dalam pilpres 2009 yang notabene adalah mantan dari keluarga besar penguasa orde baru yang sudah dianggap pengkhianat bagi mereka karena ketidak berpihakannya dimasa penggulingan kekuasaan Almarhum Soeharto. Katakanlah salah satu dari loyalis orde baru tersebut tidak terima melihat orang yang diincarnya telah mendaftarkan diri menjadi peserta Capres dan cawapres dalam pemilu 2009, sehingga perlu di adakannya siasat untuk menjatuhkan orang tersebut. Dengan terjadinya penyergapan otak teroris yaitu Noordin M. Top di cilangkap yang ternyata gagal dan "vokalnya" salah satu capres yang tidak terima akan kekalahannya di pilpres hal tersebut bisa dijadikan kesempatan dan dimanfaatkan bagi mereka (pihak ke empat) untuk melakukan peledakan di hotel J.W Marrot dan Riltz Carlton dengan harapan semua tuduhan dan penyelidikan mengarah kepada mereka yang sedang menjadi sorotan banyak pihak di indonesia. Sungguh sangat disayangkan bila hal tersebut benar-benar terjadi, karena yang menjadi korban bukan sebagian kecil orang namun seluruh rakyat indonesia menerima efek dan dampaknya. Artikel ini ditulis berdasarkan analisa-analisa pribadi tanpa melibatkan sumber manapun, jadi bila terdapat kebenaran dalam penulisan artikel maka itu bisa dianggap sebagai kebetulan. Terima kasih. Artikel by Arsiva
Lebih baru Lebih lama